Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Oktober 2014

Cerpen "MMS ! Mencari Maha Satu"


MMS !
Mencari  Maha Satu

Darah masih mengucur deras dari tubuhnya. Semua orang kebingungan melihat fenomena ini.  Ada  yang berhamburan mencari taksi, ada yang lalu lalang menghubungi ambulans, ada yang sibuk menelpon keluarganya, ada yang hanya mematung melihatnya dengan penuh iba, tangis semakin mendera diderita seorang anak berperawakan kurus itu.
“Ahmad, bertahanlah! Kamu pasti selamat!!!” teriak seorang anak tersebut. Anak bernama Ahmad hanya terbaring  lemah, menantikan pertolongan yang entah kapan datangnya. Daya benar-benar tiada lagi.
“Asyhadualla IlahaillAllah wa’asy hadu anna Muhammad Rosullah.” Kata terakhir Ahmad sebelum  Detik kematiannya.
“Ahmad!!! Bertahanlah!!!”
Tangisan pecah, semua orang terpaku, terdiam keadaan hening, serasa ada waktu yang terhenti. Terdengar teriakan yang menandakan hembusan nafas terakhir Ahmad.
Adoel belum bisa mengikhlaskan kematian sahabat yang tercinta. Hari demi hari Adoel  hanya termenung, sambil menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa dia membunuh sahabatku ? Mengapa ? Mengapa ? “Ya Allah berikanlah petunjukmu.”
“Hey, kenapa kamu itu Doel”, seseorang tengah mengacaukan lamunanku, sahabatku Joni yang duduk disebelahku.
“Ndak papa kok cuma melamun saja” jawabku.
“Melamunin apa kamu itu, dengerin tuh dosennya jangan melamun aja”
“Ya ya, syukron sudah di ingatkan”
Dialah Joni sahabatku yang baru ketika kuliah ini. Aku bersyukur punya teman yang perhatian seperti dia. Hehe…
“Baik saudara-saudara diakhir semester akhir ini, bapak akan memberi saudara tugas kelompok yaitu membuat sebuah penelitian tentang Islam, untuk kelompoknya terserah saudara, bisa mencari sendiri atau nanti dipandu oleh ketua kelas saudara.” Kata dosen kami
“Pastikan ditugas akhir ini kalian memberikan yang terbaik, untuk menunjang kelulusan saudara ketika wisuda nanti”.  Lanjut dosen menambahkan sekaligus memberi semangat
“Saudara-saudara siap dengan tugas ini”. tanya  dosen
“Siap Pak” Sahut para mahasiswa di kelas tersebut
Tet tet bunyi bel berbunyi dengan kencang, tanda waktu jam kuliah telah berakhir.
“Doel, kita ke kantin yuk” ajak Joni yang menepuk pundaku.
“Ngapain, Jon ?”
“ Ya, makanlah sambil kita diskusi tentang tugas dari dosen tadi, tentang tugas kelompok membuat Penelitian tentang Islam” jawab Joni dengan semangat.
“Oke oke, Lest go!”
Dikeramaian seperti biasa terlihat para mahasiswa sedang berdesakan sambil mengantri untuk mengambil makanan yang tersedia. Maklum diantara kantin-kantin dikampus kanti inilah yang paling murah dan cocok untuk dompet kita sebagai mahasiswa. Disana kita mencari tempat yang nyaman, setelah mencari akhirnya dapat juga.”
“Oke boy, menurutmu kita melakukan penelitian apa yang cocok untuk kita mendapatkan nilai yang bagus ?” kata joni mengawali sebuah diskusi
“kalau menurutku sih, sebelum kita melakukan penelitian perlu kita melakukan survei-survei tentang permasalahan apa yang kira-kira pas untuk kita teliti, agar penelitian kita itu bisa bermanfaat bukan hanya untuk diri kita namun juga untuk orang lain juga” jawabku sedikit memberi masukan
“ Jadi, kita harus survei dilapangan dulu yaa, agar kita tahu permasalahan yang sedang dialami apa.” Jawab Joni mengulas apa yang saya sampaikan
“Kalau aku boleh usul, kenapa kita tidak meneliti kejadian di gaza peperangan yang terjadi di jalur gaza, yang hampir menumbuhkan korban dan darah yang mati atas itu.”
Sontak ketika itu aku teringat kejadian yang amat mengharukan itu, saat itu hujan deras sedang mengguyur gaza city di Palestina, kilatan petir menyambar yang semakin membuat mencekam sore itu,  ketika serangan zionis Israel yang mengemparkan penduduk-penduduk dengan serangan roket yang membabi buta, ketika itu aku masih anak-anak yang merasa takut akan kematian, kesakitan, apalagi pertumpahan darah yang membuat sahabat kecilku terbunuh. Masih membekas diingatanku  Ketika sore hari itu, temen-temen mengajakku untuk bermain bersama dilapangan, bermain permainan yang kami sukai disana ada Shad, Fauzi, Umar, Usman, Abu, Zaid, Ali, Tholib, termasuk sahabatku Ahmad, kami bersama-sama bermain sepak bola diwilayah lapangan sepak bola yang tidak terlalu luas. Aku berkelompok dengan Shad, Umar, Abu, dan Ahmad, sedangkan lawan kami Zaid, Ali, Usman, Fauzi, dan Tholib. Disana kami bermain dengan riang gembira, aku sangat senang tim kami bisa mencetak sebuah goal dari Ahmad yang tekenal jago sekali main sepak bola yang posisinya sebagai seorang penyerang sedangkan aku bertugas menjaga gawang dari bola menuju gawangku, sampai akhirnya hal yang menyedihkan pun tiba, dari langit tiba-tiba suara roket yang berukuran kurang lebih tiga sampai 4 meter menuju tempat kami bermain dan seketika menghancurkan lapangan serta teman-teman saya termasuk sahabat saya yang tercinta Ahmad. Kejadian itu begitu cepat dan aku sangat trauma dan menyesal tidak sempat bisa menyelamatkan teman-temanku termasuk sahabatku sendiri. Kekuasaan Allah yang menyelamatkanku ketika kejadian itu, sebelum roket menusuk menghantam ke wilayah itu aku izin kepada teman-teman mau beli minuman karena lelah. Namun, apa yang ku dapati semula semua baik-baik saja, akhirnya hancur bercucuran darah dan terkapar nyawa-nyawa yang tak bersalah. Karena kejadian itu.
Usai kejadian na’as itu aku dibawa oleh keluargaku untuk mengungsi ketampat yang aman,
“Kita harus bawa dia ke Indonesia!” perintah lelaki yang terlihat paling tua di antara keluarga kami yaitu kakek.”
“Iya. Nyawanya tak akan selamat jika tetap di Negara ini,” timpal yang lain.
Gemericik air yang sesekali di iringi petir yang terdengar. Hujan benar-benar telah menghanyutkan suasana diruangan itu.
 “Kalian pergi, biarlah aku tetap disini selain aku sudah tua. Aku ingin memanfaatkan umurku dengan berjuang.” Kata kakek
“Tetapi kek, kakek harus ikut kami, disini sudah tidak aman kek.” Ayah yang mencoba mengajak kakek
“Tenanglah Abdullah, walaupun di negeri ini sangat mencekam tapi, inilah tempat kelahiranku, sekarang yang paling penting kamu harus menyelamatkan generasi penerus keluarga jangan biarkan ini semua berakhir sia-sia, InsyaAllah engkau mendapatku orang yang sabar.” Kata kakek penuh dengan perhatian terhadapku sambil menitihkan air mata.
Besok pagi kita bawa  Adoel ke Indonesia. Inilah jalan yang terbaik untuk kita meninggalkan Palestina. (Indonesia, 1993)
Suara Joni, membuyarkan kecamuk Adoel. Saat Adoel mengingat momentum itu.
“Doel, kenapa kamu jadi bersedih ketika saya berkata berkaitan gaza ?” Tanya Joni penasaran.
“Se… sebenarnya saya keturunan dan  dilahirkan dikota itu dan ada banyak kejadian yang menyedihkan seperti ada banyak teman-temanku dan sahabat kecilku yang tewas saat serangan kekejaman Israel, yang tidak bisa aku lupakan sampai saat ini.”
“Owh, ma’afkan aku Doel, aku ikut berduka dengan kejadian yang terjadi di tempat kelahiranmu”
“Ya, tidak apa-apa thanks. Lagi pula ide mu sangat bagus untuk penelitian kita diakhir semester sebelum kita wisuda menjadi sarjana.”
“ok nice, well terus apa yang kita harus teliti dari gaza sekaligus yang kita lakukan untuk sedikit meringankan beban orang yang berkorban dan menjadi korban ke tidakmanusiawi oleh yahudi laknatullah selain doa yang selalu teriring setiap kali kita beribadah kepada Allah” pertanyaan Joni yang semakin serius tentang tugas tersebut.
“Bagaimana kalau kita menggalakkan dana untuk rakyat gaza kepada seluruh mahasiswa kemudian  setelah terkumpul kita bersama-sama mengantarkan bantuan tersebut kegaza kemudian yang kita teliti apasih yang menjadi penyabab kejadian itu, mengapa kejadian itu bisa terjadi, bagaimana sejarahnya kota gaza, keistimewaan kota tersebut, apakah tujuan israel menyerang gaza dll  .”  Jawabku  dengan semangat
“lalu cara menggalakan dananya bagaimana, dengan kita berunjuk rasa di jalan.” Cetus Joni
“Cara itu juga bisa kita lakukan. Tapi, sebenarnya banyak sekali cara kita bisa menggalakkan dana untuk saudara kita. Seperti contoh kita buat stiker, pin, kalender untuk kita jual dan keuntungannya kita infaqkan untuk gaza, lewat acara pun bisa kita mengadakan seminar save gaza nah kita datangkan pembicara professional untuk memberikan semangat dan rasa kepedulian yang tinggi tentang gaza kemudian kita sediakan kotak penggalangan dana untuk bagi peserte seminar tersentuh hatinya.”
“ Selain itu kita adakan pengajian save gaza juga bisa kan untuk program penggalanggan dana ini” Meyakinkan Adoel
“Tentu pasti bisa juga, agar kita semakin mudah dengan kegiatan penggalangan dana ini sekaligus meneliti bagaimana respon kita masyarakat Indonesia tentang kejadian digaza  Palestina kita mengajukan proposal untuk bekerjasama dengan organisasi atau perusahaan yang peduli terhadap jiwa kemanusiaan seperti contohnya CV. Netral.”
“So pasti bro, trus kapan kita merealisasikan ide kita ini.” Tanya Joni
“Ya, secepatnya kalau sekarang bisa kenapa harus tunggu nanti atau besok.” Sindiran Adoel
“Okalah kalau begitu” Joni Sepakat
Kami bersama-sama merealisasikan rencana kami dengan berbagai cara dari berorasi sampai berdagang kami lakukan demi rasa solidaritas sesama umat muslim sejati. Pernah terbesit dipikiranku “Tunggu Negeri ku Palestina, disini aku bejuang untukmu bersama rakyat Indonesia” niat dan kesungguhan dari kami yang bulat dengan mencari kebenaran dan kepedulian dengan mengharapkan pertolongan Allah SWT. Akhirnya kami pun bisa berhasil mengumpulkan dana hingga mencapai 1 Milyar rupiah, sungguh pencapaian yang luar biasa menurut kami, para mahasiswa untuk gaza, selama hampir lebih dari berbulan-bulan. keringat, penat, dan rasa lelah mendera namun semangat di hati demi bisa menolong dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Semoga hasil jerih payah ini bisa sedikit menolong dan meringankan rakyat Palestina khususnya gaza,
Kini tiba saatnya saya dan perwakilan rekan-rekan mahasiswa akan menjalankan misi mulia yaitu misi kemanusiaan. Kami sudah mengambil cuti kuliah demi misi ini. Kami akan segera terbang menuju gaza untuk misi kemanusiaan mengantarkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan. Gaza aku kembali untuk mu!!! ?
TO GAZA
Apa Kabarmu? Tidakkah kau merindukannku? Betapa menyesalnya aku saat aku harus meninggalkanmu. Jujur aku merindukanmu, Aku merasakan apa yang kamu rasakan. Aku sangat berharap, suatu hari entah kapan … kita bisa hidup dengan tenang dan penuh keceriaan, pernah aku bermimpi jika aku jadi seorang presiden akan ku beli sebuah pulau dan akan kuberikan kepada Israel agar tidak menyerangmu lagi. Karena hanya satu keinginanku bisa menikmati kedamaian disaat kita bisa bebas dan merdeka. Aku yakin dibalik do’a dan setiap sujud memohon kepada mu Sang Maha SATU akan terwujud dan akan ada hikmah dibalik peristiwa ini. I Believe it, Allahu Akbar!!! :-)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar