MMS !
Mencari Maha Satu
Darah masih
mengucur deras dari tubuhnya. Semua orang kebingungan melihat fenomena ini. Ada yang
berhamburan mencari taksi, ada yang lalu lalang menghubungi ambulans, ada yang
sibuk menelpon keluarganya, ada yang hanya mematung melihatnya dengan penuh
iba, tangis semakin mendera diderita seorang anak berperawakan kurus itu.
“Ahmad,
bertahanlah! Kamu pasti selamat!!!” teriak seorang anak tersebut. Anak bernama
Ahmad hanya terbaring lemah, menantikan
pertolongan yang entah kapan datangnya. Daya benar-benar tiada lagi.
“Asyhadualla
IlahaillAllah wa’asy hadu anna Muhammad Rosullah.” Kata terakhir Ahmad
sebelum Detik kematiannya.
“Ahmad!!!
Bertahanlah!!!”
Tangisan
pecah, semua orang terpaku, terdiam keadaan hening, serasa ada waktu yang
terhenti. Terdengar teriakan yang menandakan hembusan nafas terakhir Ahmad.
Adoel belum
bisa mengikhlaskan kematian sahabat yang tercinta. Hari demi hari Adoel hanya termenung, sambil menyalahkan dirinya
sendiri. Mengapa dia membunuh sahabatku ? Mengapa ? Mengapa ? “Ya Allah
berikanlah petunjukmu.”
“Hey, kenapa
kamu itu Doel”, seseorang tengah mengacaukan lamunanku, sahabatku Joni yang
duduk disebelahku.
“Ndak papa kok
cuma melamun saja” jawabku.
“Melamunin apa
kamu itu, dengerin tuh dosennya jangan melamun aja”
“Ya ya, syukron
sudah di ingatkan”
Dialah Joni
sahabatku yang baru ketika kuliah ini. Aku bersyukur punya teman yang perhatian
seperti dia. Hehe…
“Baik
saudara-saudara diakhir semester akhir ini, bapak akan memberi saudara tugas
kelompok yaitu membuat sebuah penelitian tentang Islam, untuk kelompoknya
terserah saudara, bisa mencari sendiri atau nanti dipandu oleh ketua kelas
saudara.” Kata dosen kami
“Pastikan
ditugas akhir ini kalian memberikan yang terbaik, untuk menunjang kelulusan saudara
ketika wisuda nanti”. Lanjut dosen
menambahkan sekaligus memberi semangat
“Saudara-saudara
siap dengan tugas ini”. tanya dosen
“Siap Pak”
Sahut para mahasiswa di kelas tersebut
Tet tet bunyi
bel berbunyi dengan kencang, tanda waktu jam kuliah telah berakhir.
“Doel, kita ke
kantin yuk” ajak Joni yang menepuk pundaku.
“Ngapain, Jon
?”
“ Ya, makanlah
sambil kita diskusi tentang tugas dari dosen tadi, tentang tugas kelompok
membuat Penelitian tentang Islam” jawab Joni dengan semangat.
“Oke oke, Lest
go!”
Dikeramaian
seperti biasa terlihat para mahasiswa sedang berdesakan sambil mengantri untuk
mengambil makanan yang tersedia. Maklum diantara kantin-kantin dikampus kanti
inilah yang paling murah dan cocok untuk dompet kita sebagai mahasiswa. Disana kita
mencari tempat yang nyaman, setelah mencari akhirnya dapat juga.”
“Oke boy,
menurutmu kita melakukan penelitian apa yang cocok untuk kita mendapatkan nilai
yang bagus ?” kata joni mengawali sebuah diskusi
“kalau
menurutku sih, sebelum kita melakukan penelitian perlu kita melakukan survei-survei
tentang permasalahan apa yang kira-kira pas untuk kita teliti, agar penelitian
kita itu bisa bermanfaat bukan hanya untuk diri kita namun juga untuk orang
lain juga” jawabku sedikit memberi masukan
“ Jadi, kita harus
survei dilapangan dulu yaa, agar kita tahu permasalahan yang sedang dialami
apa.” Jawab Joni mengulas apa yang saya sampaikan
“Kalau aku
boleh usul, kenapa kita tidak meneliti kejadian di gaza peperangan yang terjadi
di jalur gaza, yang hampir menumbuhkan korban dan darah yang mati atas itu.”
Sontak ketika
itu aku teringat kejadian yang amat mengharukan itu, saat itu hujan deras
sedang mengguyur gaza city di Palestina, kilatan petir menyambar yang semakin
membuat mencekam sore itu, ketika
serangan zionis Israel yang mengemparkan penduduk-penduduk dengan serangan
roket yang membabi buta, ketika itu aku masih anak-anak yang merasa takut akan
kematian, kesakitan, apalagi pertumpahan darah yang membuat sahabat kecilku
terbunuh. Masih membekas diingatanku Ketika sore hari itu, temen-temen mengajakku
untuk bermain bersama dilapangan, bermain permainan yang kami sukai disana ada
Shad, Fauzi, Umar, Usman, Abu, Zaid, Ali, Tholib, termasuk sahabatku Ahmad,
kami bersama-sama bermain sepak bola diwilayah lapangan sepak bola yang tidak
terlalu luas. Aku berkelompok dengan Shad, Umar, Abu, dan Ahmad, sedangkan
lawan kami Zaid, Ali, Usman, Fauzi, dan Tholib. Disana kami bermain dengan
riang gembira, aku sangat senang tim kami bisa mencetak sebuah goal dari Ahmad
yang tekenal jago sekali main sepak bola yang posisinya sebagai seorang
penyerang sedangkan aku bertugas menjaga gawang dari bola menuju gawangku,
sampai akhirnya hal yang menyedihkan pun tiba, dari langit tiba-tiba suara
roket yang berukuran kurang lebih tiga sampai 4 meter menuju tempat kami
bermain dan seketika menghancurkan lapangan serta teman-teman saya termasuk
sahabat saya yang tercinta Ahmad. Kejadian itu begitu cepat dan aku sangat
trauma dan menyesal tidak sempat bisa menyelamatkan teman-temanku termasuk
sahabatku sendiri. Kekuasaan Allah yang menyelamatkanku ketika kejadian itu,
sebelum roket menusuk menghantam ke wilayah itu aku izin kepada teman-teman mau
beli minuman karena lelah. Namun, apa yang ku dapati semula semua baik-baik
saja, akhirnya hancur bercucuran darah dan terkapar nyawa-nyawa yang tak
bersalah. Karena kejadian itu.
Usai kejadian
na’as itu aku dibawa oleh keluargaku untuk mengungsi ketampat yang aman,
“Kita harus
bawa dia ke Indonesia!” perintah lelaki yang terlihat paling tua di antara
keluarga kami yaitu kakek.”
“Iya. Nyawanya
tak akan selamat jika tetap di Negara ini,” timpal yang lain.
Gemericik air
yang sesekali di iringi petir yang terdengar. Hujan benar-benar telah
menghanyutkan suasana diruangan itu.
“Kalian pergi, biarlah aku tetap disini selain
aku sudah tua. Aku ingin memanfaatkan umurku dengan berjuang.” Kata kakek
“Tetapi kek,
kakek harus ikut kami, disini sudah tidak aman kek.” Ayah yang mencoba mengajak
kakek
“Tenanglah
Abdullah, walaupun di negeri ini sangat mencekam tapi, inilah tempat
kelahiranku, sekarang yang paling penting kamu harus menyelamatkan generasi
penerus keluarga jangan biarkan ini semua berakhir sia-sia, InsyaAllah engkau
mendapatku orang yang sabar.” Kata kakek penuh dengan perhatian terhadapku sambil
menitihkan air mata.
Besok pagi
kita bawa Adoel ke Indonesia. Inilah
jalan yang terbaik untuk kita meninggalkan Palestina. (Indonesia, 1993)
Suara Joni,
membuyarkan kecamuk Adoel. Saat Adoel mengingat momentum itu.
“Doel, kenapa
kamu jadi bersedih ketika saya berkata berkaitan gaza ?” Tanya Joni penasaran.
“Se…
sebenarnya saya keturunan dan dilahirkan
dikota itu dan ada banyak kejadian yang menyedihkan seperti ada banyak
teman-temanku dan sahabat kecilku yang tewas saat serangan kekejaman Israel,
yang tidak bisa aku lupakan sampai saat ini.”
“Owh, ma’afkan
aku Doel, aku ikut berduka dengan kejadian yang terjadi di tempat kelahiranmu”
“Ya, tidak
apa-apa thanks. Lagi pula ide mu sangat bagus untuk penelitian kita diakhir
semester sebelum kita wisuda menjadi sarjana.”
“ok nice, well
terus apa yang kita harus teliti dari gaza sekaligus yang kita lakukan untuk
sedikit meringankan beban orang yang berkorban dan menjadi korban ke
tidakmanusiawi oleh yahudi laknatullah selain doa yang selalu teriring setiap
kali kita beribadah kepada Allah” pertanyaan Joni yang semakin serius tentang
tugas tersebut.
“Bagaimana
kalau kita menggalakkan dana untuk rakyat gaza kepada seluruh mahasiswa
kemudian setelah terkumpul kita
bersama-sama mengantarkan bantuan tersebut kegaza kemudian yang kita teliti
apasih yang menjadi penyabab kejadian itu, mengapa kejadian itu bisa terjadi,
bagaimana sejarahnya kota gaza, keistimewaan kota tersebut, apakah tujuan
israel menyerang gaza dll .” Jawabku
dengan semangat
“lalu cara
menggalakan dananya bagaimana, dengan kita berunjuk rasa di jalan.” Cetus Joni
“Cara itu juga
bisa kita lakukan. Tapi, sebenarnya banyak sekali cara kita bisa menggalakkan
dana untuk saudara kita. Seperti contoh kita buat stiker, pin, kalender untuk
kita jual dan keuntungannya kita infaqkan untuk gaza, lewat acara pun bisa kita
mengadakan seminar save gaza nah kita datangkan pembicara professional untuk
memberikan semangat dan rasa kepedulian yang tinggi tentang gaza kemudian kita
sediakan kotak penggalangan dana untuk bagi peserte seminar tersentuh hatinya.”
“ Selain itu
kita adakan pengajian save gaza juga bisa kan untuk program penggalanggan dana
ini” Meyakinkan Adoel
“Tentu pasti
bisa juga, agar kita semakin mudah dengan kegiatan penggalangan dana ini
sekaligus meneliti bagaimana respon kita masyarakat Indonesia tentang kejadian
digaza Palestina kita mengajukan
proposal untuk bekerjasama dengan organisasi atau perusahaan yang peduli
terhadap jiwa kemanusiaan seperti contohnya CV. Netral.”
“So pasti bro,
trus kapan kita merealisasikan ide kita ini.” Tanya Joni
“Ya,
secepatnya kalau sekarang bisa kenapa harus tunggu nanti atau besok.” Sindiran
Adoel
“Okalah kalau
begitu” Joni Sepakat
Kami
bersama-sama merealisasikan rencana kami dengan berbagai cara dari berorasi
sampai berdagang kami lakukan demi rasa solidaritas sesama umat muslim sejati.
Pernah terbesit dipikiranku “Tunggu Negeri ku Palestina, disini aku bejuang
untukmu bersama rakyat Indonesia” niat dan kesungguhan dari kami yang bulat dengan
mencari kebenaran dan kepedulian dengan mengharapkan pertolongan Allah SWT. Akhirnya
kami pun bisa berhasil mengumpulkan dana hingga mencapai 1 Milyar rupiah,
sungguh pencapaian yang luar biasa menurut kami, para mahasiswa untuk gaza,
selama hampir lebih dari berbulan-bulan. keringat, penat, dan rasa lelah
mendera namun semangat di hati demi bisa menolong dan bisa bermanfaat untuk
orang lain. Semoga hasil jerih payah ini bisa sedikit menolong dan meringankan
rakyat Palestina khususnya gaza,
Kini tiba
saatnya saya dan perwakilan rekan-rekan mahasiswa akan menjalankan misi mulia
yaitu misi kemanusiaan. Kami sudah mengambil cuti kuliah demi misi ini. Kami
akan segera terbang menuju gaza untuk misi kemanusiaan mengantarkan bantuan
bagi mereka yang membutuhkan. Gaza aku kembali untuk mu!!! ?
TO GAZA
Apa
Kabarmu? Tidakkah kau merindukannku? Betapa menyesalnya aku saat aku harus
meninggalkanmu. Jujur aku merindukanmu, Aku merasakan apa yang kamu rasakan.
Aku sangat berharap, suatu hari entah kapan … kita bisa hidup dengan tenang dan
penuh keceriaan, pernah aku bermimpi jika aku jadi seorang presiden akan ku
beli sebuah pulau dan akan kuberikan kepada Israel agar tidak menyerangmu lagi.
Karena hanya satu keinginanku bisa menikmati kedamaian disaat kita bisa bebas
dan merdeka. Aku yakin dibalik do’a dan setiap sujud memohon kepada mu Sang
Maha SATU akan terwujud dan akan ada hikmah dibalik peristiwa ini. I Believe
it, Allahu Akbar!!! :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar