Teori Evolusi menurut Luqman Al - Hakim
Pendahuluan
Ketika liburan
semester, saya pernah mengunjungi sekaligus wisata di kebun binatang Jurug
Surakarta, saya cukup senang bisa wisata dengan keluarga disana. Namun,
ternyata banyak anggapan masyarakat sekitar terutama di wilayah Solo Raya yang
menganggap bahwa berwisata di kebun binatang Jurung sama saja dengan menyamakan
rupa dengan kera dan sejenisnya atau bahasa jawa nya madake rupa, hal itu terdengar aneh di telinga saya, sehingga dalam
pikiran saya bertanya – tanya.
Apakah hal ini
yang menyebabkan kebun binatang Jurug minim pengunjung ?
Apakah hal ini
yang membuat kebun binatang Jurug kurang terawat ?
Apakah hal ini
berhubungan dengan teori Evolusi Darwin
yang menganggap manusia, nenek moyangnya dulu adalah sebangsa kera ?
Padahal kenyataannya di kebun binatang Jurug
sana, bukan hanya ada spesies kera saja, tetapi banyak sekali hewan – hewan
yang di lestarikan di kebun binatang Jurug. Pernah saya sesekali surve terutama
di kalangan muda. Banyak sekali kalangan muda yang liburan di tempat – tempat
yang modern seperti di bioskop, Tawang mangu, Pantai, sampai ke luar pulau Jawa
yaitu ke Bali. Masih ingat dalam memori saya ketika kelas dua SMA, mengisi
liburan dengan study tur jauh sampai di Pulau Bali. Pernahkah kita berfikir dan
melihat sebenarnya obyek wisata juga ada di sekitar kita, salah satunya kebun
binatang Jurug. Banyak hal yang dapat kita pelajari di kebun binatang Jurug
ini, dari spesiesnya, hidupnya, makannya, keunggulannya, dan asal usul Binatang
dan masih banyak lagi di kebun binatang Jurug yang bisa kita pelajari.
Ternyata usut
punya usut nggak bikin kusut, banyak di kalangan muda yang gengsi untuk wisata
di kebun binatang Jurug, katanya kampungan, jelek, tidak menarik, dan alasan
yang telah disampaikan diatas yaitu menyamakan rupa kita manusia dengan kera
atau sejenisnya. Kembali diri ini bertanya apakah kita manusia merupakan
keturunan kera seperti yang dikatakan oleh bapak evolusi Darwin ?.
Kemudian
setelah saya menginjak naik ke kelas tiga SMA, tepatnya dalam pelajaran
biologi, semester dua yang membicarakan tentang bab evolusi, Ditambah adanya
acara outing class to sangiran, saya menemukan jawabannya.
Bahwa menurut
Darwin bahwa manusia modern saat ini merupakan evolusi dari kera. Ini menurut
teori Darwin lebih tepatnya menurut saya hipotesis ataupun dugaan dari Charles
Darwin yang disertai oleh penelitian dari Darwin.
Saat saya
bersama rekan – rekan berkunjung untuk
observasi di sangiran, permulaan kami menonton sebuah film yang berdurasi 30 menit.
Didalam film itu disampaikan bahwa permulaan manusia dan kera nenek moyang nya
adalah “Australopithecus”,
yang berarti “Kera Afrika Selatan”. yang melakukan perjalanan ke
berbagai daerah termasuk ke negeri kita Indonesia.
Kita sebagai umat muslim, jangan lah kita mau percaya
terhadap seseorang tanpa adanya bukti yang benar – benar terjadi baik menurut
ilmiah maupun menurut kepercayaan, bukan hanya sekedar hipotesis yang merupakan
dugaan terhadap suatu kejadian. Lalu bagaimana kita harus percaya atau tidak.
Kawan untuk persoalan kali ini perlunya kita kembali pada Al – Qur’an dan As –
Sunnah yang telah di tinggalkan Rosullah SAW setelah wafat.
Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt.
merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang
asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan
berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan,
30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu ber-firman
kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah[1]) di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hen-dak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, se-dangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 30)
".. Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,
dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara
iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan
masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga,
namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan
pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun
Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah
keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal
manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam
melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru
bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Dalam konteks ini sangat jelas bahwa
kita manusia merupakan mahluk yang paling sempurna yang memiliki kelebihan dan
kecerdasan atas kebanyakan mahluk lain. Apalagi jika kita manusia dibandingkan
dengan kera yang tidak memiliki akal pikiran maupun kecerdasan yang kita
miliki. Bisa dibuktikan, coba saja kera di adu tanding dengan manusia, tidak
usah besar – besar seekor kera dengan seorang anak tk, di tes 1 + 1 berapa ?
hehe . . . pasti anak kecil itu jawab 2. Namun seekor kera mana mungkin bisa
jawab, bicara bahasa kita saja sulit bahkan tidak bisa diajari seperti apapun,
tetapi berbeda dengan kita manusia ketika diajari banyak bahasa bukan saja
bahasa ibu tetapi juga puluhan bahasa asing yang ada didunia ini. Bahkan ada contoh manusia yang bisa menguasai
banyak bahasa, tidak usah jauh – jauh sampai luar negeri, manusia ini asalnya
dari negara kita Indonesia. Dia adalah Gayatri Wailissa pelajar SMA dari Ambon
yang di undang acara televisi Kiky Andy pada tanggal 19 Juli 2013, teman –
teman bisa menonton acara tersebut di youtube. Manusia bernama Gayatri ini
merupakan orang Indonesia tunggal pertama delegasi yang mewakili Indonesia
untuk negara ASEAN mewakili ASEAN ke Asia Pasifik menjadi duta ASEAN ke Nepal
2013. Dia mampu menguasai sembilan bahasa antara lain bahasa Inggris, Belanda,
Jerman, Prancis, Mandarin, Jepang, Itaia, Spanyol, Arab. Hebatnya bahasa itu ia pelajari secara autodidak
sungguh luar biasa. bandingkan lagi dengan kera apakah bisa seekor kera
menguasai sembilan bahasa jangankan sembilan bahasa, satu bahasa saja pasti
mengalami kesulitan atau tidak mungkin (impossible).
Kawan – kawan ada yang
tahu apasih dasarnya mengapa Darwin mengakatan kita ini manusia nenek moyangnya
kera, Temen – temen mau di anggap keturunan kera ? pasti jawabanya sudah bisa
DITEBAK. Ternyata dasar Darwin mengatakan manusia keturunan kera, karena kera
memiliki kesamaan tingkah laku dan fisik dengan manusia. Hanya karena itulah
Darwin menklaim manusia berasal dari kera karena faktor seleksi alam sungguh
teori yang tidak dapat diterima. Mengapa saya mengatakan demikian. Kalau hanya
karena memiliki sesamaan tingkah laku dengan manusia mengapa hanya kera yang di
identifikasi memiliki kekerabatan dengan manusia ??? contohnya Burung Merpati hewan
yang memiliki kesetiaan terhadap pasangannya, Lebah Hewan yang cerdas
yang bisa membangun sarangnya dengan design arsitektur yang sangat luar biasa,
bahkan di jepang design sarang lebah sudah dijadikan dasar sebagai pembangunan
Gedung dengan bahan dasar Plastik daur
ulang. kenapa kedua hewan ini tidak dinyatakan memiliki hubungan
kekerabatan dengan manusia ?, padahal Burung Merpati Setia terhadap
pasangannya sama seperti manusia, Lebah
memiliki kecerdasan yang luar biasa dengan design sarangnya yang diakui
sangat luar biasa oleh para arsitek. Tidak ada penjelasan lebih ilmiah tentang
teori ini. Hubungan kekerabatan antar Makhluk Hidup hanya bisa dibuktikan
melalui Kode DNA-nya bukan karena kemiripan sifatnya.
Australopithecus: Spesies Kera yang telah Punah
Para evolusionis menyatakan bahwa Australopithecus merupakan nenek moyang
paling primitif dari manusia modern. Mereka merupakan spesies tua dengan
struktur kepala dan tengkorak serupa dengan kera modern, walau kapasitas
tempurung kepalanya lebih kecil. Menurut pernyataan evolusionis,
makhluk-makhluk ini memiliki sifat sangat penting yang membuktikan bahwa mereka
adalah nenek moyang manusia: bipedalisme. Gerakan kera dan manusia sangat
berbeda.
Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang bergerak dengan bebas
menggunakan kedua kakinya. Beberapa hewan juga memiliki kemampuan terbatas
untuk bergerak seperti ini, tetapi mereka yang memiliki kerangka yang
bungkuk.Menurut evolusionis, makhluk-makhluk hidup yang disebut Australopithecus
ini memiliki kemampuan untuk berjalan membungkuk, tidak dengan postur tegak
seperti manusia. Walau begitu, cara berjalan bipedal yang terbatas ini sudah
cukup untuk membuat evolusionis untuk memproyeksikan bahwa makhluk ini
merupakan nenek moyang manusia.Bagaimanapun, bukti pertama yang menyanggah
pernyataan tanpa bukti para evolusionis bahwa Australopithecus merupakan
bipedal datang dari evolusionis sendiri.
Kajian-kajian mendetail pada fosil-fosil Australopithecus memaksa
evolusionis untuk mengakui bahwa mereka tampak “terlalu” mirip kera. Setelah
melakukan riset anatomis terinci pada fosil-fosil Australopithecus pada
pertengahan tahun 1970-an, Charles E. Oxnard mempersamakan struktur kerangka
Australopithecus dengan milik orang utan modern. “Sebuah
bagian penting dari kebijaksanaan konvensional dewasa ini tentang evolusi
manusia didasarkan pada kajian atas gigi, rahang dan fragmen-fragmen tengkorak
fosil-fosil Australopithecus. Ini semua menunjukkan bahwa hubungan terdekat
antara asutralopithecus dengan silsilah manusia mungkin tidak benar. Semua
fosil ini berbeda dari gorila, simpanse dan manusia. Jika dikaji sebagai sebuah
grup, Australopithecus lebih mirip dengan orang utan.” Yang
benar-benar memalukan evolusionis adalah temuan bahwa Australopithecus tidak
mungkin berjalan dengan dua kaki dan dengan postur bungkuk. Hal ini secara
fisik akan sangat tidak efisien bagi Australopithecus, yang dinyatakan sebagai
bipedal tapi dengan cara berjalan membungkuk, untuk berjalan seperti itu karena
akan membutuhkan energi yang sangat besar.
Melalui simulasi komputer pada tahun 1996, ahli Paleoantropologi Inggris
Robin Crompton juag menunjukkan bahwa cara berjalan “gabungan” seperti itu
tidak mungkin. Crompton mencapai kesimpulan berikut: makhluk hidup dapat
berjalan dengan salah satu dari dua cara: tegak atau dengan empat kaki. Bentuk
cara berjalan di antara keduanya tidak dapat dilakukan untuk periode yang panjang
karena membutuhkan energi yang sangat besar. Ini berarti bahwa Australopithecus
tidak mungkin sekaligus bipedal dan memiliki posisi berjalan membungkuk. Barangkali
kajian terpenting yang menunjukkan bahwa Australopithecus tidak mungkin bipedal
adalah di tahun 1994 dari riset ahli anatomi Fred Spoor dan timnya di
Departemen Anatomi Manusia dan Biologi Seluler di Universitas Liverpool,
Inggris. Grup ini melakukan melakukan kajian atas bipedalisme pada
makhluk-makhluk hidup yang memfosil. Riset mereka menyelidiki mekanisme
keseimbangan secara tak sengaja yang ditemukan dalam rumah siput pada telinga,
dan temuan menunjukkan secara meyakinkan bahwa Australopithecus tidak mungkin
bipedal. Ini membantah klaim apa pun bahwa Australopithecus menyerupai
manusia.
Seri Homo : Benar-benar Manusia
Langkah selanjutnya dalam evolusi manusia rekaan adalah “Homo”, yaitu seri
manusia. Makhluk-makhluk hidup ini adalah manusia yang tidak bebeda dari
manusia modern, tetapi memiliki beberapa perbedaan rasial. Karena berusaha
untuk membesar-besarkan perbedaan-perbedaan ini, evolusionis menampilkan
orang-orang ini tidak sebagai suatu “ras” manusia modern, tetapi sebagai suatu
“spesies” yang berbeda. Bagaimanapun, sebagaimana kita akan segera lihat,
orang-orang pada seri Homo tidak lebih dari tipe ras manusia biasa.Menurut
skema rekaan evolusionis, evolusi internal spesies Homo adalah sebagai berikut:
pertama Homo erectus, kemudian Homo sapiens purba dan Manusia Neandertal, lalu
Manusia Cro-Magnon dan terakhir manusia modern. Walau klaim evolusionis
bertolak belakang, semua “spesies” yang telah kita sebutkan di atas tidak lain
dari manusia murni.
Mari kita pertama menguji Homo Erectus, yang dirujuk evolusionis sebagai
spesies manusia yang paling primitif.Bukti paling mengejutkan yang menunjukkan
bahwa Homo erectus bukanlah spesies “primitaif” adalah fosil “Anak Lelaki
Turkana”, salah satu sisa Homo erectus tertua. Fosil tersebut diperkirakan
milik seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, yang mungkin akan mencapai
tinggi dewasa 1,83 meter. Struktur kerangka yang tegak dari fosil tidak berbeda
dengan manusia modern. Struktur kerangkanya yang tinggi dan langsing sepenuhnya
menyerupai milik orang-orang yang tinggal di wilayah tropis pada zaman kita.
Fosil ini merupakan salah satu dari bukti paling penting bahwa Homo Erectus
tidak lebih dari spesimen lain dari ras manusia modern.
Ahli paleontologi evolusionis
Richard Leakey membandingkan antara Homo erectus dan manusia sebagai berikut:Perbedaan bentuk tengkorak, tingkat tonjolan wajah,
kekokohan dahi dan sebagainya akan terlihat. Perbedaan-perbedaan ini mungkin
seperti yang kita saksikan saat ini pada ras-ras manusia modern yang terpisah
secara geografis. Variasi biologis semacam ini muncul ketika populasi-populasi
saling terpisah secara geografis untuk kurun waktu yang lama.9 Hal
yang ingin disampaikan oleh Leakey adalah bahwa perbedaan antara Homo erectus
dan kita tidak lebih dari perbedaan antara Negro dan Eskimo.
Bentuk tempurung kepala Homo erectus berasal dari cara makan mereka, dan
emigrasi genetis dan dari tidak berasimilasinya mereka dengan ras-ras manusia
lainnya selama periode yang panjang.Bukti kuat lainnya bahwa Homo erectus bukan
spesies “primitif” adalah bahwa fosil dari spesies ini yang digali berumur
27.000 tahun dan malahan 13.000 tahun. Menurut artikel yang dimuat dalam Time –
yang bukanlah terbitan periodis ilmiah, namun bagaimanapun memiliki efek
mempengaruhi duania ilmu pengetahua – fosil Homo erectus berusia 27.000 tahun
ditemukan di pulau Jawa. Di rawa Kow di Australia, beberapa fosil berusia
13.000 tahun ditemukan dengan membawa karakteristik Homo Sapiens-Homo erectus. Semua
fosil ini menunjukkan bahwa Homo erectus terus hidup hingga ke masa yang sangat
dekat dengan zaman kita dan mereka tak lebih dari ras manusia yang sejak itu
telah terkubur dalam sejarah.
Homo Archaic dan Manusia Neandertal
Homo sapiens archaic adalah pelopor dari manusia kontemporer dalam skema
evolusioner rekaan. Nyatanya, evolusionis tidak berbicara banyak tentang
manusia-manusia ini, seakan hanya terdapat perbedaan-perbedaan minor di antara
mereka dan manusia modern. Beberapa periset malah menyatakan bahwa perwakilan
dari ras ini masih hidup hari ini, dan menunjuk suku Aborigin di Australia
sebagai contoh. Seperti Homo sapiens, Aborigin juga memiliki alis mata yanag
tebal dan menonjol, struktur mandibular yang cenderung ke dalam, dan volume
tempurung kepala yang sedikit lebih kecil. Lebih jauh lagi, penemuan-penemuan
yang berarti telah didapat, mengisyaratkan bahwa manusia semacam itu pernah
hidup di Hungaria dan beberapa desa di Italia sampai beberapa waktu yang lalu.
Evolusionis menunjuk fosil manusia yang digali di lembah Neander di Belanda
yang telah dinamai Manusia Neandertal sebagai suatu sub spesies dari manusia
modern dan menamakannya “Homo sapiens neandertalensis”. Jelas bahwa ras ini
hidup bersama dengan manusia modern, pada waktu dan area yang sama.
Temuan-temuan membuktikan bahwa Neandertal mengubur mayat kerabat mereka,
membuat alat musik dan memiliki hubungan kebudayaan dengan Homo sapiens sapiens
yang hidup seperiode. Struktur tengkorak dan kerangka yang sepenuhnya modern
dari fosil-fosil Neandertal tidak terbuka atas spekulasi apa pun.
Seorang pakar dalam subjek ini, Erik
Trinkaus dari Universitas New Mexico menulis: Perbandingan
anatomis terperinci antara sisa-sisa kerangka Neandertal dengan kerangka
manusia modern tidak menunjukkan dengan pasti bahwa kemampuan lokomotif,
manipulatif, intelektual atau bahasa Neandertal lebih rendah dari manusia
modern.10 Nyatanya, Neandertal malah memiliki beberapa
kelebihan “evolusioner” dibanding manusia modern. Kapasitas tempurung kepala
Nendertal lebih besar dari manusia modern dan mereka lebih kekar dan berotot
dibandingkan kita. Trinkaus menambahkan: “Salah satu keistimewaan Neandertal
yang paling karakteristik adalah kemasifan yang luar biasa dari tulang-tulang
batang tubuh dan anggota badannya. Semua tulang yang terawetkan menunjukkan
kekuatan yang jarang dimiliki manusia modern. Lebih jauh lagi, tidak hanya
kekekaran ini tampak pada lelaki dewasa, seperti yang diperkirakan orang,
tetapi juga muncul pada wanita dewasa, remaja bahkan anak-anak.”Persisnya,
Neandertal merupakan suatu ras manusia khusus yang terasimilasi dengan ras-ras
lain dengan perjalanan waktu.
Jadi, Kawan dari pernyataan diatas
telah jelas kita ini manusia bukan nenek moyang nya kera. Kawan – kawan masih
ingat tidak lagu nusantara bahwa nenek kita seorang pelaut. Oke deh kalau belum
ingat saya akan memberikan sedikit lirik lagu nusantara tersebut.
Nenek moyangku
seorang pelaut
Gemar mengarung
luas samudra
Menerjang ombak
tiada takut
Menempuh badai
sudah biasa
Angin bertiup
layar berkembang
Ombak berdebur
ditepi pantai
Pemuda b’rani
bangkit sekarang
Kelaut kita
beramai ramai.
Jadi, masihkah kita percaya bahwa nenek moyang kita
seekor kera atau nenek moyang kita seorang pelaut , , , ? terserah kawan –
kawan pilih yang mana.
Coba lihat gambar di bawah ini :
Bahwa
sudah jelas sebenarnya tentang evolusi sebenarnya tidak ada, apalagi lahirnya
evolusi secara spontan (kebetulan).
Dan menurut saya manusia bukan lah keturunan kera. makhluk hidup tidak mungkin
berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya. Kenyataan
ini sesuai dengan bukti-bukti catatan fosil, yang menunjukkan bahwa skenario
evolusi sangat menyimpang dari kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar